November 24, 2006

CINTA ADALAH LUKA

sebab di sana selalu kutemukan keindahan
tempat di mana ingin kusimpan kesunyian
o’ hati yang diiris waktu
dengan apa ingin kukatakan rindu
pada perempuan dingin di simpang jalan berbatu
o’ hati yang tertusuk sembilu
dengan apa ingin kuobati dukamu
jika hari ini semua luka adalah milikku
(Cendawan)

Cinta, demikian kata pujangga sangatlah lekat dengan luka. Luka hati menyimpan rindu. Luka hati menahan malu. Luka hati mengingat yang dicinta. Luka hati menyembunyikan dendam. Dan karena cinta adalah luka ia sangat dekat dengan penderitaan. Tokoh dalam film Kera Sakti, Pat Cay selalu dalam setiap penyesalan cintanya menyebut: “sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir”. Sebab jika derita cinta berakhir maka berakhir pula semangat dalam dirinya. Derita dalam bahasa cinta lebih merupakan energi untuk selalu bangkit dan bangkit meraih apa yang ingin dicapainya. Salah satu bentuk pengungkapan mengesankan tentang cinta adalah luka adalah sepotong puisi yang ditulis seorang penyair platonik, : o’ beri aku luka hingga kusebut namamu sempurnalah pedihnya. Jika seorang pecinta luka dalam meraih cintanya, lalu melahirkan kecemasan, perasaan gagal, dan tak bersemangat haruskan kita menyebut dirinya seorang pecinta. Tentu saja tidak!!! Itu cengeng. Cinta tak pernah memberi tempat bagi orang cengeng. Cinta lahir dan selalu menemukan makna kehangatannya manakala kita senantiasa mampu menemukan di mana energi luka yang hadir dan melekat dalam dirinya kapan di manapun dalam setiap kesempatan, entah perjumpaan dan perpisahan. O’ hati yang tertusuk sembilu. Dengan apa ingin kuobati dukamu. Jika hari ini semua luka adalah milikku.

No comments:

Post a Comment