November 29, 2006

Syuhada Tsunami (1)

mereka, para syuhada itu
tak lagi butuh penghormatan atas tubuh sendiri
karena kafan Tuhan telah terbalut halus
pada bau anyir darah mereka
pada daging tubuh mereka yang membusuk

: mereka, para pejuang tabah itu
tak lagi menitikan air mata

di wajah-wajah nan lelah
aku melihat ketegaran para satria
menyambutku dengan kehangatan
aroma khas kopi tengku
yang pernah kuhirup di sudut jalan banda aceh
pada suatu pagi yang kian meniti

: mereka, para syuhada aceh itu
adalah kesatria ratusan abad

sejak hamzah fansuri
menjadi martir bagi urat nadi
dan gerak kedalaman hidup
anak-anak laut yang lahir di atas perahu

mereka, para pejuang nan gigih itu
kini kembali mengangkat rencong di hati mereka
hari ini tak ada musuh hendak ditaklukkan
kecuali diri mereka sendiri dan anak-anak
kaum perempuan yang menyisakan sepi

di bibir pantai pelabuhan malahayati
aku mengenang keakraban seorang laksamana
menerjang ombak menembus karang
mengukur kebesaran hati
menyimpan sebuah masa
pada waktu-waktu penuh kebisuan dan nestapa

desember, 2004

No comments:

Post a Comment