Seperti denting gitar akustik
Lembut dan manis didengar
Meski kadang kita bertengkar
(Cendawan)
Cinta, selalu, senantiasa dan melulu bicara tentang keindahan dan kelembutan. Seorang platonik cenderung menggambarkannya seperti suara denting gitar akustik. Melalui jari jemari nan penuh rasa dan kedalaman, dentingan yang dihasilkan dari pemetik yang memiliki keduanya serasa bahwa efek nada-nada yang ditimbulkannya pun sangat menghanyutkan bahkan terhadap nada-nada yang sarat emosi dan kemarahan sekalipun.
Di sisi lain cinta tidak melulu soal yang kita sebutkan itu. Di dalamnya ada pembelajaran dan penerimaan bahkan penolakan dan pertengkaran. Dan di antara keduanya: penerimaan dan pertengkaran pada akhirnya menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang mampu melahirkan energi positif kepada siapa yang menemukannya merasakan kedahsyatannya. Sejak dulu begitulah cinta. Ialah kekuatan yang mampu menyatukan segala apa yang kita sebut: PERBEDAAN. Dengan cinta segalanya bertemu dan pertemuan adalah segalanya.
Dengan cinta, aku menikahimu: menyelami perbedaan meyakini takdir kebersamaan. Jika kelak kita bertengkar, cintaku: bercerminlah pada kedewasaan. Jika kelak kita bertengkar, cintaku: kesabaran jua yang mengutuhkannya.
Di sisi lain cinta tidak melulu soal yang kita sebutkan itu. Di dalamnya ada pembelajaran dan penerimaan bahkan penolakan dan pertengkaran. Dan di antara keduanya: penerimaan dan pertengkaran pada akhirnya menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang mampu melahirkan energi positif kepada siapa yang menemukannya merasakan kedahsyatannya. Sejak dulu begitulah cinta. Ialah kekuatan yang mampu menyatukan segala apa yang kita sebut: PERBEDAAN. Dengan cinta segalanya bertemu dan pertemuan adalah segalanya.
Dengan cinta, aku menikahimu: menyelami perbedaan meyakini takdir kebersamaan. Jika kelak kita bertengkar, cintaku: bercerminlah pada kedewasaan. Jika kelak kita bertengkar, cintaku: kesabaran jua yang mengutuhkannya.
No comments:
Post a Comment