Kepada Dewi Yull dan Mpok Kamal
di Jakarta
sebuah kota, tempat di mana segala sesuatu menjadi ada
dan bahkan mungkin pula ketulusan dan pura-pura
hiduplah seorang janda
beranak dua
: yang satu tuna rungu lainnya tuna wicara
tetapi
mungkin aku tak perlu menyebutnya siapa
mungkin pula tak harus kukatakan padanya
seorang perempuan
yang ketegarannya seteguh karang
yang kesabarannya selembut bumi
dia yang sampai hari ini
seperti kulihat dari matahati
masih menyisakan kekuatan
perhatian pada kedua anaknya
memberi pelajaran kepada siapa
kita semestinya berguru pada kesendirian
namun tak membuatnya merasa hilang harapan
nun juga di sana
di sebelah barat Jakarta
kutemukan perempuan yang tengah belajar
mengayuh sampan menuju samudra
dia, perempuan itu
begitu dekat di hatiku
dari mana darahnya
mengalir darahku
seperti perempuan-perempuan lain
kini, kulihat dalam dirinya
menelisik jauh dalam urat nadinya
kedalaman hati
keteguhan jiwa
kesabaran bumi
ketegaran gunung
membasahi setiap denyut jantung hatinya
perempuan berhati surga
tengah diuji berjalan pada titian
mungkin tak terpikirkan sebelumnya
bersama anak-anak kecil
menunggu sentuhan tangan kasihnya
dia, perempuan-perempuan itu
seperti ibuku yang berpuluh tahun
menyimpan kesabarannya jauh di relung hati
akan melahirkan generasi
yang pasti mampu merekam
belajar pada peristiwa
: kesabaran dan ketulusan jiwa
hanya dapat ditempa
oleh orang-orang yang memiliki daya
karena kepahitan hidup yang dirasakannya
mungkin kelak akan menciptakan jalan surga
bagi kita yang mau meminta sedikit saja
apa yang menjadi kelebihannya
2006
No comments:
Post a Comment