badai biru bergerak cepat melesak ke jantung hutan
menyapu ruas hancurkan bongkahan batu yang tersisa
gerangan badai apa sebesar ini harus disebut
menerpa bebek putih berjanggut
robohkan beringin tua sarat lelembut
menutup gerak edar mentari di pusaran kabut
menampar sendi-sendi jiwa sembilan bintang penjaga
meredam bara merah agar tak nyala
sedang di sana pasukan rumah batu
malu-malu buka tutup pintu rumahnya
hei kau yang di sana, bicaralah!
badai ini hendak berarak ke mana
ke pangkuan gelombang samudra
atau ke negeri angkasa tempat para dewa
menghabiskan sisa lamunan
sebelum dicerna para jelata
jangan diam saja!
seperti bebek sadeli yang malu-malu
atau kocon temanku, si lugu tak tahu
bebek siapa mati di kandangnya
sedang kelinci di kandang po kati
bukankah sudah dicat belang-belang
apa masih ada yang kurang
sampai dirimu perlu perjumpaan semu
menghias diri dengan gincu dasamuka
seolah si cantik yang layak puja
ke mana badai biru temukan kekasihnya
melenggaklah dikau di pusaran api
laksana sita meniti jalan kematiannya
di tengah kobaran api asmara rahwana
dalam keraguan cintanya sri rama
maka setelah hari ini
tak ada yang bersisa selain keraguan
pada gelombang badai angin dan awan
april, 2009
No comments:
Post a Comment