tuker tempat atawa elu di sini gua di sono
sebelah matahari tertahan awan
sinarnya mulai redup kemerahan
kubilang padanya ini belumlah saat ke peraduan
tunggullah saja bentar senja ini teramat singkat man!
lihat sekumpulan blekok cari makan
tak hirau pada langkah kerbau merumput
bahkan ia pun tak takut
hingga nangkring di punggungnya mencari kutu
baiklah, tapi bang amad pasti mencariku
malam nanti dia ingin aku menemaninya
membawa tape ketan dan sebungkus uli
katanya sih mau diantar ke tempatnya mengaji
--------
parman temanku
pendatang jawa keturunan jawara
ceritanya masih punya darah madura
menjadi lebih dari orang-orang kampungku sendiri
logatnya mulai terlihat berubah
tak ada kamus putus asa untuk betah
sebab di rantau tak boleh mental payah
jikalau tak mau dianggap orang-orang kalah
setiap hari di waktu dulu tak kusisa waktu
bermain dengannya kapan saja selalu
nyelepet kampret, kalong pencuri jambu
sampai gupak, nyuri ketimun dan meguru
tunggu bentar saja man!
biarkan kita duduk di gili kali
memandang senja dibenam mentari
menanti kunang-kunang menari
--------
emang bener orang betawi
dibawah pohon asem tanam ari-ari
kenapa tak dibuang saja ke kali
agar saudaranya mau merantau pergi
katanya begitu kataku
walau tidak amat begitu begitu
tapi si ali buktinya minggat
ah kau, itu mah kualat
parman tinggal di kampungku
jadi orang kampung halaman
aku jauh darinya hidup di rantau
di kampung halaman lahirnya parman
--------
sekali waktu aku pulang
bertemu semua saat senjang
selalu ada cerita berbilang
hikayat cerita orang-orang
kedatanganku kembali sekarang
memungut mimpi hingga ke tepi
ajak sanak kadang melihat kandang
temukan sisa seribu mimpi
di tempatku bermain dulu
tanah lapang berbuah batu
bang ali guru bandulku
kekirig heran memutar waktu
ini hari apa masih besisa
pada semua yang telah berubah
akhmad fikri af.
No comments:
Post a Comment